Seratusan anggota keluarga inti pasien Thalassemia yang berdomisili di Banda Aceh dan Aceh Besar Rabu (12/11/19) mengikuti seminar dan skrining thalassemia di Banda Aceh.
Acara sosialisasi dan skrining thalassemia ini merupakan kerjasama Laboraturium Prodia dengan Yayasan Darah Untuk Aceh. Turut dihadiri Ketua Yayasan Darah Untuk Aceh Nurjannah Husien, Corporate Secretary Assistant Manager Prodia Dinar Primasari dan Branch Manager Prodia Banda Aceh Indah Dwi Syahputri.
Seminar dan skrining thalassemia yang dilaksakan di Anjong Monmata hari ini, bertepatan dengan peringatan hari Kesehatan Nasional yakni tanggal 12 November 2019. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga tentang thalassemia dan seberapa pentingnya melakukan screening kepada anggota keluarga yang tidak menderita Thalassemia, guna melihat sifat hereditas dari gen pembawa sifatnya.
“Skrining thalassemia ini merupakan program CSR Prodia yang telah dilakukan secara berkelanjutan sejak tahun 2010. Dengan adanya skrining thalassemia ini, kami berharap dapat turut berkontribusi dalam memutus mata rantai thalassemia di Indonesia. Selain skrining thalassemia, kami juga aktif melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai berbagai info kesehatan di kota dan kabupaten Bogor,” ujar Branch Manager Prodia Banda Aceh Indah Dwi Syahputri di sela-sela sosialisasi dan skrining thalassemia di Anjong Monmata (12/11).
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, pembiayaan kesehatan untuk thalasemia menempati posisi ke-5 diantara penyakit tidak menular setelah penyakit jantung, kanker, ginjal, dan stroke. Biayanya sebesar 225 milyar rupiah tahun 2014 dan menjadi 452 milyar rupiah di tahun 2015. Pada 2016 menjadi 496 milyar rupiah, 532 milyar di tahun 2017, dan sebesar 397 milyar sampai dengan bulan September 2018.
Indonesia termasuk salah satu negara dalam sabuk thalassemia dunia, yaitu negara dengan frekuensi gen atau angka pembawa sifat thalassemia yang tinggi. Hal ini terbukti dari penelitian epidemiologi di Indonesia yang mendapatkan bahwa frekuensi gen thalassemia beta berkisar 3-10%. Saat ini, jumlah penderita thalassemia sekitar 40% berada di Jawa Barat.
Tingginya angka Thalassemia di Indonesia mendorong Prodia untuk terus melakukan program Corporate Social Responsibility (CSR) Skrining Thalassemia yang telah dilaksanakan sejak tahun 2010. Komitmen Prodia dalam memutus mata rantai penyakit Thalassemia di Indonesia diwujudkan melalui sosialisasi dan edukasi ke masyarakat terutama para pelajar sekolah menengah keatas dan universitas dan kegiatan skrining thalassemia di beberapa wilayah yang memiliki angka thalassemia yang tinggi.
Aceh merupakan salah satu provinsi dengan angka prevalensi thalassemia tertinggi nasional yaitu 13,5 % dari populasi penduduk. Sehingga menggerakkan Yayasan Darah Untuk Aceh untuk memotong matarantai pertumbuhan thalassemia di Aceh sesuai dengan Visi dari YDUA, yaitu Aceh Zero Born Thalassemia in 2035.
Untuk mencapai visi tersebut hal utama yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan atau screening pada keluarga inti penderita thalassemia guna melihat sifat karier yang dimiliki oleh kerabat dekat pasien yang menderita Thalassemia sepeti kakak, abang dan adik kandung penderita. Dengan kemungkinan anggota keluarga tersebut memiliki sifat karier atau tidak, maka dapat mencegah angka kelahiran bayi dengan thalassemia.
Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan secara genetik yang memiliki jenis dan frekuensi terbanyak di dunia. Berdasarkan data dari Bank Dunia, 7% dari populasi dunia merupakan pembawa sifat thalassemia. Setiap tahun sekitar 300.000-500.000 bayi baru lahir disertai dengan kelainan hemoglobin berat, dan 50.000 hingga 100.000 anak meninggal akibat thalassemia dan 80% dari jumlah tersebut berasal dari negara berkembang.
Nunu Husen begitu ia biasa disapa, mengatakan sangat berterimakasih kepada Prodia yang telah berkomitmen untuk melakukan kegiatan skrining Thalassemia setiap tahunnya.
“Kami berterima kasih kepada Prodia yang telah berkomitmen untuk melakukan kegiatan skrining Thalassemia setiap tahunnya. Sosialisasi dan edukasi mengenai seluk beluk penyakit thalassemia perlu terus dilakukan terutama kepada generasi muda agar dapat mencegah penyebaran thalassemia,” tutur Ketua Yayasan Darah untuk Aceh Nurjannah Husein
Selain itu ia juga sangat mengharapkan dengan adanya kesadaran bagi masyarakat untuk secara aktif memeriksakan dirinya terhadap kemungkinan memiliki gen pembawa sifat Thalssemia di dalam dirinya. Agar suatu hari Aceh dapat mencapai Zero Born Thalassemia.
Acara skrining dan seminar thalassemia dibuka oleh Anggota DPRA Darwati Agani yang konsen terhadap isu-isu kesehatan dan anak di Aceh
Selain itu untuk menghibur peserta selama menunggu panggilan pemeriksaan, panitia menyediakan acara story telling dari Kampung Dongeng.
Dan untuk seminar tentang thalassemia menghadirkan Narasumber dr. Heru Noviat Herdata, Sp. A dari Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin dan juga dari Prodia Jakarta ibu Dinar Primasari. Acara ini dibuka oleh Ibu Darwati A Gani, selaku anggota DPR Aceh yang peduli dengan isu-isu sosial kesehatan di Aceh.
Reporter: Ahmad Mufti