Aceh Besar – UMKM menjadi tonggak perekonomian Indonesia, hal ini sudah terbukti sejak Indonesia mengalami krisis dan keterpurukan Ekonomi pada tahun 1998. Saat krisis dulu, negara ini hanya setahun terpuruk, dibanding negara lainnya yang terkena krisis, dan yang mengurai krisis itu, salah satunya adalah para pelaku UMKM Ucap Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, saat meresmikan gedung galeri Bungong Aceh, binaan BI Aceh, di Montasik, Aceh Besar, Rabu 4 Desember 2019.
Ia juga mengungkapkan para Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), merupakan tulang punggung negara Indonesia.
“Hanya saja, selama ini, para pelaku UMKM belum diberdayakan atau diinformasikan secara maksimal. Saya berharap melalui program pemberdayaan masyarakat dari Bank Indonesia, kita akan terus mengupayakan agar UMKM semakin menggeliat pertumbuhan perekonomian dan stabil, sehingga angka inflasi bisa ditekan” Jelas Deputi Gubernur Bank Indonesia Destry Damayanti.
Apalagi, saat ini, seperti dikatakan Presiden Republik Indonesia, bahwa di depan mata, bakalan ada ‘winter’ ekonomi, akibat pertumbuhan ekonomi global, sehingga mempengaruhi perekonomian Indonesia, berdampak pada persaingan perdagangan ke luar negeri.
Destry merasa bangga dan terkagum-kagum melihat tas-tas kerajinan masyarakat montasik Aceh besar yang di pajang di etalase galeri tersebut dan ia salut kepada para pengrajin tas bordir di Aceh Besar ini, yang hasil karyanya sudah menembus pasar internasional, Deputi Gub Senior BI, optimis para UMKM negara ini, mampu menghadapi winter tersebut.
Pada kesempatan tersebut, Destry Damayanti meminta kepala perwakilan BI Aceh, untuk mendampingi para pengrajin yang menjadi binaan BI, untuk meng share video tentang pengrajin Bungong Aceh. Selain itu juga membantu mempromosikan ke dunia luar di era 4.0 yang serba teknologi, sehingga market atau promosi wadah para pengrajin ini, semakin gencar. Setelah kuat promosinya, para pengrajin harus menjaga kontinuitas, kualitas, dan rutinitas produksi permainannya.
Ada tiga prinsip dasar yang harus dipenuhi para pelaku UMKM atau entrepreneur atau pengusaha muda, yaitu harus terus mencari sumber ekonomi baru, dengan peluang-peluang baru, kemudian, meningkatkan dan menciptakan sumber daya manusia yang unggul.
Terakhir, katanya, harus punya daya tahan tinggi menghadapi kesulitan termasuk persaingan ketat. Ia pun mencontohkan, owner parfum minyak pret, dimana sebelum usaha yang digelutinya sekarang, Dody pengusaha muda parfum berbahan dasar minyak nilam ini, sudah 17 kali gagal dalam usahanya. “Tapi dia tetap optimis dan bertahan dengan semangat juangnya untuk terus berusaha,” katanya.
Senada dengan itu, Kepala Perwakilan BI Aceh, Zainal Arifin Lubis, menyebutkan banyak produk unggulan di Aceh, yang bisa dikembangkan dengan mengolahnya menjadi produksi yang menjanjikan. Salah satunya tas bordir Aceh, juga produk unggulan lainnya, yang diolah terlebih dahulu, baru dipasarkan.
Zainalpun mengungkapkan, Aceh Besar, memiliki banyak produk unggulan, yaitu tas bordir. Awalnya tas bordir di Gampong Dayah Daboh ini, dijual di pasar rakyat biasa. Namun, katanya, dengan dukungan dan peningkatan kualitas dari tas bordir, hingga kini, bisa menembus pasar internasional. Seperti Polandia yang langsung membeli ke tempat ini. Lalu, BI melirik hal ini, kemudian menyiapkan galeri Bungong Aceh.
Galeri yang dibina BI ini, katanya, bisa menjadi percontohan bagi daerah lainnya. Kemudian, tantangan berikutnya, pihak perdagangan dan perindustrian, untuk membimbing para pengrajin dan pengusaha galeri, agar meningkatkan kualitas produksi dan menjaga mutu produksinya, demikian kepala perwakilan