Aceh dikenal daerah yang sangat rawan terjadinya gempa dan tsunami, karena berada di titik pertemuan beberapa patahan sesar. Baik segmen Aceh maupun segmen Seulimum yang keduanya masih aktif.
Lalu apakah benar ada ahli yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempa?
Peneliti Tsunami and Disaster Migitation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Dr Ibnu Rusdy mengemukakan, seperti sering beredaran informasi hoax tentang prediksi gempa. Tentu jawabannya tak ada ahli sampai saat ini yang mampu memprediksi kapan tepatnya waktu terjadi gempa.
“Belum ada satupun ahli seismologi (gempa) yang mampu melakukan prediksi gempa dengan tepat,” kata Dr Ibnu Rusdy, seperti dilansir di ibnurusydy.com.
Kendati demikian, pakar hanya bisa melakukan antisipasi dan perkiraan wilayah yang bakal terjadi dalam jangka waktu tertentu. Namun tanggal, jam berapa bisa terjadi belum ada seorang ahli pun yang bisa menjawab.
Para ahli hanya bisa melakukan mencoba mencari lokasi yang berpotensi gempa. Cara pencariannya dari gap-gap yang pernah terjadi sejak 30-100 tahun lalu.
Termasuk mencari kawasan yang jarang gempa, namun suatu saat diperkirakan akan terjadi gempa. Namun lagi-lagi ahli belum bisa menentukan kapan tepatnya terjadi gempa.
Kata Ibnu Rusdy, seseorang bisa memprediksi gempa bila mampu menentukan dengan 4 demensi sumber gempa (x,y,z,t), atau mampu menentukan dengan tepat Longitud/Bujur (x), Latitud/Lintang (y), kedalaman (z) dan waktu (t).
Bila ada yang mampu menentukan itu semua, maka seseorang itu akan tahu dengan tepat dimana dan kapan bisa terjadinya gempat. Namun hingga saat ini belum ada ahli mampu melakukan itu semua.
Yang bisa dilakukan para ahli hanya mengetahui episenter gempa setelah terjadi gempa, bukan sebelum terjadinya gempa bumi.
“Dengan saya katakan bahwa sampai saat ini belum ada satupun ahli seismologi (gempa) yang mampu melakukan prediksi gempa dengan tepat,” tegas Ibu Rusdy.
Menurut Ibnu Rusdy, masyarakat tidak perlu khawatir dan takut dengan gempa, karena tidak ada gempa yang bisa membunuh. Akan tetapi yang bisa membuat seseorang celaka hingga meninggal dunia akibat runtuhnya bangunan dan tsunami akibat gempa.
Gempa dan tsunami yang terjadi 14 tahun silam. Mayoritas yang meninggal dunia bukan karena gempa. Akan tetapi paska gempa adanya bangunan yang runtuh dan terjadi tsunami.
“Saya rasa tidak ada satupun warga yang meninggal karena gempa tapi banyak warga yang meninggal karena effect setelah gempa yaitu tsunami Aceh dan runtuh bangunan,” jelasnya.
Bagi masyarakat agar tidak perlu khawatir dan panik bila beredar pesan berantai tentang akan terjadi gempa. Selain tidak ada ahli yang mampu memprediksi dengan tepat kapan terjadi gempa. Gempa tidak membunuh, hanya efek gempa yang bisa merusak dan memakan korban.
Bisa dipastikan, pesan berantai baik melalui sms, WhatAps dan media sosial lainnya merupakan pesan hoaxs. Warga tidak perlu percaya dan tetap tenang, namun tetap harus selalu waspada.
Ibu Rusdy berpesan, bila nantinya dalam 1-100 tahun ke depan ada gempa di atas Magnitudo 8. Makan masyarkat harus menjauhi kawasan pinggi pantai dan langsung mencari tempat yang lebih aman, yaitu ke tempat yang lebih tinggi.
Berpikir rasional, menggunakan akal sehat merupakan mitigasi paling ampuh meminimalisir banyaknya jatuh korban saat lindu (gempa) dan smong (tsunami) menerjang suatu daerah.
Maka warga disarankan jangan menunggu sirine berbunyi baru menyelamatkan diri. Karena gempa utama (mainshock) yang besar merupakan peringatan penting dan segera selamatkan diri dan keluarga. Tinggalkan harta benda, utamakan keselamatan jiwa.[]